Selasa, 19 Januari 2016

peran olahaga bagi balita

I. PENDAHULUAN
Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar, sehinggadisebut usia emas (golden age). Pada usia ini anak memiliki kemampuan untukbelajar yang luar biasakhususnya pada masa kanak-kanak awal. Mengingat usiadini merupakan usia emas maka pada masa itu perkembangan anak harusdioptimalkan. Perkembangan anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapatberkembang optimal apabila sehat badannya, cukup gizinya dan didik secara baikdan benar. Anak berkembang dari berbagai aspek yaitu berkembang fisiknya,baik motorik kasar maupun halus, berkembang aspek kognitif, aspek sosial danemosional.
Perkembangan motorik kasar merupakan hal yang sangat penting bagianak usia dini khususnya anak kelompok bermain/KB dan taman kanakkanak/TK. Sebenarnya anggapan bahwa perkembangan motorik kasar akanberkembang dengan secara otomatis dengan bertambahnya usia anak, merupakananggapan yang keliru. Perkembangan motorik kasar pada anak perlu adanyabantuan dari para pendidik di lembaga pendidikan usia dini yaitu dari sisi apayang dibantu, bagaimana membantu yang tepat/appropriate, bagaimana jenislatihan yang aman bagi anak sesuai dengan tahapan usia dan bagaimana kegiatanfisik motorik kasar yang menyenangkan anak.[1]
Kemampuan melakukan gerakandan tindakan fisik untuk seorang anak terkait dengan rasa percaya diri danpembentukan konsep diri. Oleh karena itu perkembangan motorik kasar samapentingnya dengan aspek perkembangan yang lain untuk anak usia dini.Kurikulum Pendidikan Taman Kanak-kanak meliputi enam aspekperkembangan yakni moral dan nilai-nilai agama, sosial – emosional dankemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni. Tamankanak-kanak merupakan salah satu bentuk program pendidikan anak usia dini. TKbukanlah jenjang pendidikan wajib diikuti, namun memberikan manfaat bagipenyiapan anak untuk masuk SD.
Pada umumnya pembelajaran di TK untuk aspek perkembanganfisik/motoriknya lebih banyak difokuskan ke perkembangan motorik halus,sedangkan motorik kasar kurang diperhatikan. Padahal pengembangan motorikkasar anak usia dini juga memerlukan bimbingan dari pendidik. Perkembanganmotorik kasar untuk anak usia TK antara lain melempar dan menangkap bola,berjalan di atas papan titian (keseimbangan tubuh), berjalan dengan berbagaivariasi (maju mundur di atas satu garis), memanjat dan bergelantungan (berayun),melompati parit atau guling, dan sebagainya. Seyogyanya gerakan-gerakanmotorik kasar ini dipraktekkan oleh anak-anak TK di bawah bimbingan danpengawasan pendidik/guru, sehingga diharapkan semua aspek perkembangandapat berkembang secara optimal.
Pengembangan motorik kasar sama pentingnyadengan aspek-aspek perkembangan lainnya, karena ketidakmampuan anakmelakukan kegiatan fisik akan membuat anak kurang percaya diri, bahkanmenimbulkan konsep diri negatif dalam kegiatan fisik. Padahal jika anak dibantuoleh pendidik, besar peluangnya dapat mengatasi ketidakmampuan tersebut danmenjadi lebih percaya diri.
    II.            II. RUMUSAN MASALAH
  1. Konsep Dasar,Nilai-Nilai, dan Falsafah Olahraga Bagi Anak Usia Dini
  2. Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan
  3. Keterampilan Dasar Atletik, Senam, Permainan, dan Renang
  4. Aplikasi Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani
  5. Evaluasi Kuantitatif dan Kualitatif
  6. Pengembangan Cabang Olahraga Sesuai Minat dan Bakat Anak Usia Dini
    III. PEMBAHASAN
Konsep Dasar, Nilai-Nilai dan Dasar Falsafah Olahraga Bagi Anak Usia Dini
Dalam olahraga usia dini, target yang harus dicapai anak adalah menerapkan sebaik mungkin keterampilan dan kemampuan yang sudah dilatih ke dalam pertandingan. Adalah besarnya usaha dan peningkatan pribadi yang seharusnya dihargai dan menjadi target bagi setiap anak, bukannya semata-mata mencapai kemenangan dalam pertandingan. Tujuan melibatkan anak dalam aktivitas olahraga adalah sebagai pengenalan pengalaman berolahraga, meningkatkan ketrampilan fisik, membangun kepercayaan diri.[2]
Dalam masa ini, yang diperlukan anak adalah kegembiraan dalam melakukan latihan olahraga. Oleh karena itu pelatihnya tidak perlu menekankan pada penguasaan teknik atau peraturan pertandingan. Pujian atau hadiah diberikan kepada usaha yang dilakukan anak, bukan terhadap hasil akhir. Disini perlu ditanamkan perasaan “mencapai sukses” bukan hanya sebagai juara, tetapi juga sebagai partisipan. Oleh karena itu, penting sekali di masa awal ini setiap partisipan dalam suatu kejuaraan bisa mendapatkan penghargaan. Persiapan mental dalam menghadapi pertandingan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Utamanya anak perlu dibiasakan berfikir positif, diberi keyakinan bahwa dalam pertandingan nanti dirinya mampu menampilkan keterampilan yang telah dilatihnya.
Idealnya, sesuai dengan pandangan hidup (filsafat) dan konsep pendidikan jasmani yang kita anut, pembinaan olahraga usia dini itu diarahkan pada pengenalan dan penguasaan keterampilan dasar suatu cabang olahraga yang dilengkapi dengan pengembangan keterampilan serta kemampuan fisik yang bersifat umum. Sementara itu, dalam konteks pendidikan jasmani, seperti pada kelas-kelas awal, penekanannya pada pengembangan keterampilan gerak secara menyeluruh.
Dari naluri mendidiknya Ki Hajar Dewantara, mengatakan beliau sangat menyakini bahwa suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih(mengasihi), asah(memahirkan), dan asuh(membimbing). Tiga aspek tersebut akan memberi corak bagi seorang anak terhadap prilaku (behavior), sikap (attitude) dan nilai (velue). Seperti halnya teori Karl Groos, Yang teorinya bernama teori biologis mengatakan “ Anak-anak bermain oleh karena anak-anak harus mempersiapkan diri dengan tenaga dan pikirannya untuk masa depanya. Seperti halnya dengan anak-anak binatang, yang bermain sebagai latihan mencari nafkah, maka anak manusia pun bermain untuk melatih organ-organ jasmani dan rohaninya untuk menghadapi masa depanya
Dilihat dari aspek biologis, olahraga anak usia dini masih dalam taraf mengembangkan aspek-aspek kebugaran jasmani ( menguatkan jantung, tulang dan otot ) serta merangsang tumbuh kembang anak secara optimal. Olahraga anak usia dini selayaknya dikemas menjadi suatu permainan olahraga yang selain mengembangkan aspek-aspek tersebut juga mengembangkan aspek psikososial, yaitu mengembangkan nilai-nilai diri anak secara positif, menuju pembangunan karakter yang sportif, dinamis, kreatif, penuh  toleransi, jujur, dan bertanggung jawab.[3]
Konsep “Nation and Character Building” melalui Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sebagai konsep dasar pembentukan karakter anak bertumpu pada pemberdayaan anak melalui jalur pendidikan atau kegiatan olahraga disekolah.
Pembentukan karakter dalam pembelajaran penjasorkes ini antara lain :
  • Pembentukan fisik yang sehat, bugar, tangguh, unggul dan berdaya saing
  • Pembentukan mental berupa sportifitas, demokratis, toleran dan disiplin
  • Pembentukan moral menjadi lebih tanggap, peka, jujur dan tulus
  • Pembentukan kemampuan social, yaitu mampu bersaing, bekerjasama, berdisiplin, bersahabat, dan berkebangsaan[4]
Ahli kesehatan sepakat bahwa olahragadapat meningkatkan kebugaranjasmani yang ditandai dengan meningkatnyafungsi jantung, pembuluh darah,sirkulasi darah, sistem pernafasandan proses metabolisme, serta kemampuantubuh untuk menangkal bermacam-macam penyakit baik yang disebabkanoleh infeksi maupun bukankarena infeksi. Olahraga jugadapat mengurangi gejala gangguanpsikis, misalnya tekanan jiwa (stress)dan ketegangan jiwa (anxiety). Denganmelakukan aktivitas olahraga yang menantang,apabila seseorang mampumengatasi tantangan tersebut, akanmuncul suatu kepuasan, dan rasa puasini akan mengurangi ketegangan jiwa.
Anak usia dini sebagai warga negaradan calon generasi penerus bangsajuga berhak mendapatkan pelayananolahraga yang memadai sebagai saranatumbuh kembang demi kesempurnaanperkembangan dan pertumbuhannya.Pemenuhan kebutuhan akan kegiatanolahraga bagi anak prasekolah maupunsaat sekolah melalui pemberian PelajaranPenjasorkes. Hal ini berguna demipertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh tersebut secara baikdan optimal. Kondisi jasmani yang baikmerupakan modal utama untuk mengembangkan potensi diri yang lain.Dapat dibayangkan apa jadinya apabilaseorang anak mengalami gangguanfungsi organ tubuh misalnya jantung,paru-paru, atau organ tubuh yang lain,tentu saja anak-anak tersebut akan mengalamihambatan dalam pertumbuhandan perkembangan otak.Penjasorkes (physical education) memberikankebutuhan gerak bagi anakprasekolah dan saat sekolah. Aktivitasolahraga sangat penting bagi anak-anakkarena mempunyai banyak manfaat diantaranya adalah untuk memacu pertumbuhandan perkembangan organorgantubuh termasuk juga otak, meningkatkandaya tahan tubuh terhadappenyakit (imun), mempunyai fungsi rehabilitasiatau menormalkan kecacatan.
Anak-anak yang mengalami hambatandalam pertumbuhan dan perkembanganotak, maka organ tubuh ini tidakakan dapat berfungsi secara baik. Otakberfungsi sebagai pusat segala koordinasiorgan tubuh, dan juga mempengaruhipertumbuhan dan perkembanganorgan tubuh manusia lainnya, sehinggaapabila terjadi gangguan pada otak,maka kecerdasan menjadi lemah, bahkandapat mengalami keterlambatan mental.
Berikut ini  kajian tentang kepelatihan anak usia dini yang diperlukan oleh para pelatih untuk menangani atlet usia dini, yaitu mengenai:
1. Mempersiapkan untuk melatih anak usia dini secara efektif;
2. Pemahaman pelatih bahwa pelatihan untuk anak usia dini bertujuan untuk:
(a) memperoleh kesenangan;
(b) persahabatan atau memperoleh teman baru;
(c) perasaan nyaman; dan
(d) belajar keterampilan baru.
Tujuan tersebut dapat dicapai, jika aktivitas olahraga sesuai dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan anak.
3. Memberi gambaran tentang macam olahraga untuk anak-anak
4. Memodifikasi olahraga.[5]
Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Jasmani
Pertumbuhan dan perkembanganmemiliki pengertian yang berbeda. Pertumbuhanmempunyai pengertian bertambahnyavolume/ukuran organ tubuh,sedang perkembangan adalah semakinmeningkatnya fungsi organ-organtubuh. Pengalaman yang diperolehmasa kanak-kanak tidakakan hilang dan akan berpengaruh terhadaptingkah laku saat usia telah dewasa.Sebagai contoh, anak yang dilatihbelajar keras sejak kecil, gigih meraih
cita-cita, nanti setelah dewasa akanmenjadi orang yang gigih, ulet, danmenjadi pekerja keras. Demikian jugasebaliknya, masa anak-anak dididik dengankemanjaan, segalanya serba mudahdan enak, maka setelah dewasa sulitmenjadi orang yang mandiri dan selalubergantung pada orang lain.Menurut Eliyawati (2005:18), karakteristikanak usia dini yang menonjoldalam kaitannya dengan aktifitas belajardi antaranya adalah bersifat unik,egosentris, aktif dan energik, eksploratifdan berjiwa bertualang, ekspresi perilakunyarelatif spontan, kaya dan senangdengan fantasi/daya kayal, mudahfrustasi, kurang pertimbangan, dayaperhatiannya pendek, gairah untukbelajar dan banyak belajar dari pengalamandan semakin menunjukkan minatterhadap teman.[6]
Usia terbaik untuk melakukan stimulasi pada anak adalah sedini mungkin. Hasil yang optimal akan didapat bila anak sudah diberikan rangsangan tumbuh kembang saat ia masih di dalam kandungan usia 4 bulan dan setelah lahir hingga ia berusia 6 tahun. Namun pemberian rangsangan tumbuh kembang perlu dilanjutkan setelah anak berusia 6 tahun hingga usia 8 tahun. Tumbuh kembang menekankan pada 4 aspek kemampuan dasar anak yang perlu mendapatkan rangsangan yaitu: kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan berbahasa, serta kemampuan bersosialisasi (berinteraksi) dan kemandirian.
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecilbisa diidentifikasikan dalam beberapa hal. Sifat-sifat perkembangan fisik yangdapat diamati adalah sebagai berikut:
1. Terjadi perkembangan otot-otot besar cukup cepat pada 2 tahun terakhirmasa anak kecil. Hal ini memungkinkan anak melakukan berbagai gerakanyang lebih leluasa yang kemudian bisa dilakukannya bermacam-macamketrampilan gerak dasar. Beberapa macam gerak dasar misalnya: berlari,meloncat, berjengket, melempar, menangkap, dan memukul berkembangsecara bersamaan tetapi dengan irama perkembangan yang berlainan. Adayang lebih cepat dikuasai dan ada yang baru dikuasai kemudian.
2. Dengan berkembangnya otot-otot besar, terjadi pulalah perkembangankekuatan yang cukup cepat, baik pada anak laki-laki maupun perempuan.Antara usia 3 sampai 6 tahun terjadi peningkatan kekuatan sampaimencapai lebih kurang 65%.
3. Pertumbuhan kaki dan tangan secara proporsional lebih cepat dibandingpertumbuhan bagian tubuh yang lain, menghasilkan peningkatan daya ungkit yang lebih besar di dalam melakukan gerakan yang melibatkantangan dan kaki. Daya ungkit yang makin besar akan meningkatkankecepatan dalam bergerak. Hal ini sangat menunjang terbentuknyabermacam-macam ketrampilan gerak dasar.
4. Terjadi peningkatan koordinasi gerak dan keseimbangan tubuh yang cukupcepat. Koordinasi gerak yang meningkat dan disertai dengan daya ungkitkaki dan tangan yang makin besar, menjadikan anak makin mampumenggunakan kekuatannya di dalam melakukan aktivitas fisik. Sedangkanmeningkatnya keseimbangan tubuh meningkatkan pula keleluasaanrentangan gerak dalam melakukan gerakan ketrampilan.
5. Meningkatnya kemungkinan dan kesempatan melakukan berbagai macamaktivitas gerak fisik bisa merangsang perkembangan pengenalan konsepkonsepdasar objek, ruang, gaya, waktu dan sebab-akibat. Melalui gerakanfisik anak kecil mulai mengenali konsep dasar objek yang berada di luardirinya.[7]
Keterampilan Dasar Atletik, Permainan, Senam , dan Renang
Atletik adalah suatu cabang olah raga yang meliputi nomor-nomor jalan, lari, lompat dan lempar. Anak-anak didalam kehidupannya hampir dari sebagian waktunya dihabiskan untuk bermain, dengan melakukan berbagai bentuk gerakan berjalan, berlari, melompat, dan melempar. Anak dikelas permulaan Sekolah Dasar (SD) akan merasa senang bila mendapatkan pelajaran yang telah diketahui sebelumnya seperti lari dan bermain, mereka akan lebih tertarik dan terampil di dalam melakukannya. Oleh karena itu bentuk-bentuk gerakan dasar atletik perlu ditanamkan kepada anak-anak kelas permulaan SD. Anak-anak dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keterampilan gerakan dasar atletik tersebut. Karena itu kepada anak-anak perlu ditanamkan, berbagai cara melakukan gerakan dasar atletik yang benar seperti gerakan jalan, lari dan lompat.
Setiap anak menyukai air. Mereka umumnya gemar bermain air saat dimandikan di kamar mandi, di kolam renang, di tepian air terjun, bahkan di pantai. Oleh sebab itu, penting mengajari anak untuk lebih mengenal air sejak dini agar terhindar dari bencana.
Secara alamiah anak memang tertarik pada air, terutama dalam hamparan yang luas seperti kolam renang dan laut. Namun, menurut seorang instruktur renang, reaksi anak terhadap air sangatlah berbeda-beda, bergantung pada usianya.
Saat mereka masih kecil, mereka masih takut membenamkan diri lebih dalam di air. Mereka umumnya lebih senang bermain di air hanya sebatas mata kaki saja. Sebenarnya, ketika anak telah berusia dua tahun, orangtua dapat mulai melatih mereka berenang. Caranya, bawa mereka ke kolam dan pegang badannya sehingga mereka bisa menendang atau memukul-mukul air dengan tangan dan kakinya.
Dan ketika anak tersebut telah memasuki usia empat tahun dan telah cukup familiar dengan air, mereka bisa belajar menahan dan mengatur napas serta mengambang, misalnya olahraga air maupun belajar menyelam. Dengan demikian, ketika memasuki usia enam tahun, sudah siap untuk belajar berenang/kursus menyelam secara formal, semisal scuba diving, atau teknik menyelam yang benar
Kolam renang merupakan tempat yang paling baik bagi pemula yang ingin belajar renang. Sebab, di tempat itu tidak ditemui elemen yang bisa membahayakan seperti lubang yang dalam, arus air yang deras, atau batu-batuan yang tajam.
Alasan utama terjadinya kecelakaan di air adalah panik. Situasi seperti ini pasti dialami siapa pun yang tidak menguasai ilmu renang atau minim belajar diving, kurang mengenal olahraga air. Menit-menit pertama menyadari kakinya tidak menyentuh permukaan, mereka langsung lupa bahwa tubuh manusia itu dapat mengambang dengan sendirinya di atas air dalam keadaan santai.
Berenang adalah satu keahlian yang paling penting yang dapat ditanamkan pada anak sejak kecil. Orangtua yang tidak bisa renang atau takut terhadap air harus dapat mengatasi emosinya saat mendampingi anak belajar berenang maupun kursus menyelam. Jika tidak, hal tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap anak sehingga mereka pun merasa cemas pula saat belajar menyelam.[8]
Seifert, Hoffnung (1987:322) menyatakanbahwa bermain adalah duniaanak-anak yang berlangsung dalam kurunwaktu yang cukup panjang. Padausia enam tahun, kemampuan motoriknyasudah mulai berkembang lebihkompleks, yaitu dapat berjalan denganberbagai variasi kecepatan, loncat, menggeser,memanjat, memindahkan sesuatudengan tepat, berdiri satu kaki, menangkapbola, dan menggambar sesuatu,maka latihan yang sesuai dengan ketrampilan tersebut dapat dilakukan.
Senam merupakan salah satu kegiatan yang dapat merangsang perkembangan fisik motorik anak usia dini. Senam dengan diiringi musik dan lagu menjadikan kecerdasan musik anak pun turut terbina.
Disisi lain, melalui kegiatan senam PAUD ceria diharapkan kecerdasan majemuk yang dimiliki anak dapat berkembang pula, dengan demikian anak-anak yang sehat, cerdas, ceria dan berakhlak mulia dapat diwujudkan. Disamping untuk mengembangkan potensi anak, dengan membiasakan anak-anak untuk berolah raga (senam) sejak dini, diharapkan nantinya anak-anak gemar berolah raga, mengingat olah raga merupakan salah hal yang sangat penting untuk menjaga kebugaran tubuh.
Aktivitas olahraga yang baik untukanak usia dini mempunyai karakteristik(1) memberi bermacam-macam pengalamangerak (multilateral training) dalambentuk permainan dan perlombaan;(2) merangsang perkembangan seluruhpanca indra; (3) mengembangkanimajinasi/fantasi; dan (4) bergerak mengikutiirama/lagu atau cerita. Namun demikian,dari karakteristik olahraga untukanak usia dini tersebut diusahakandikemas dalam bentuk permainan/perlombaanagar anak marasa tertarik danmendapatkan kesenangan. [9]
Aplikasi Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Dengan aktifbergerak mengikuti permainan itukebugaran jasmani akan meningkat.Pengertian dari memberikan pengalamangerak yang bermacam-macam(multilateral training) adalah anak-anakdiberi kesempatan mengalami berbagaimacam pengalaman gerak yang berbeda-beda, misalnya: memanjat, merangkak,merayap, mengguling, meluncur,melompat, menggantung, bermaindi air, menarik, mendorong, berjalandengan tangan, dan sebagainya. Pengalamangerak yang bermacam-macan inidapat menggunakan alat maupun dialam terbuka.
Contoh latihan keseimbangandi alam terbuka adalah dengancara melakukan gerak berjalan/berlaridi pematang sawah, berjalan di atasjembatan bambu , latihanberjalan di ketinggian tertentu, dan sebagainya.Latihan memanjat dilakukandengan cara memanjat pohon mangga,memanjat pohon jambu, memanjat tangga,memanjat tali, memanjat pagar, memanjatdinding/tebing, dan sebagainya.
Demikian juga keterampilan gerakyang lain, seperti tersebut di atas dapatdilatih dengan menggunakan alat maupundi alam terbuka.Penting untuk diperhatikan bagipendidik/orang tua jangan terlalu banyakmelarang kebebasan bermainanak-anak ini karena alasan kasih sayangatau perlindungan terhadap anak.Apabila larangan ini sering dilakukanmaka anak-anak akan mengalami kekuranganpengalaman gerak, padahalpengalaman gerak pada masa anakanak(childhood) akan sangat besar pengaruhnyaterhadap keterampilan gerakpada masa dewasa (adulthood).Dalam kehidupan orang dewasa kadang-kadang manusia dihadapkan padatuntutan gerak yang bermacam-macamdengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Anak-anak yang mempunyaipengalaman gerak yang banyakakan lebih cepat menyesuaikan diri dengantuntutan gerak baru yang harusdilakukan.
Aktivitas olahraga untuk mengembangkanfungsi panca indera di antaranyaadalah: [10]
(1) indera penglihatan, denganpermainan hijau-hitam, permainanpengemudi jenius menggunakan alatbantu berbagai macam bendera yangberbeda-beda warna, permainan pengemudijenius dengan alat bantu bermacam-macam benda yang berbeda-bedabentuk, dan sebagainya, dan setiapwarna/bentuk mempunyai tugas gerakyang berbeda pula;
(2) indera pendengaran,dengan permainan Si Butamencari anak, bermain sepak bola denganbola dapat berbunyi dengan matatertutup, permainan informasi bersambung/estafet, dan sebagainya;
(3) inderapenciuman, dengan permainan PenciumanAjaib mempergunakan alatbantu berupa berbagai macam bendadengan aroma yang berbeda-beda, dansetiap aroma mempunyai tugas gerak yang berbeda;
(4) indera peraba, denganpermainan pembebasan sanderayakni dengan berbagai macam jenissentuhan pada bagian tubuh yang berbeda-beda, dan setiap jenis sentuhanmempunyai tugas gerak yang berbedapula;
(5) indera perasa, dengan permainanLidah Sakti, yakni dengan mempergunakanalat bantu bermacam-macammakanan yang memiliki rasa yangberbeda-beda, dan setiap rasa mempunyaitugas gerak yang berbeda pula.
Guru Penjasorkes harus pandai berkreasimembuat permainan untuk tujuanmengembangkan panca indera.Hal ini penting karena indera adalahujung tobak seseorang dalam menerimarangsang (stimulus), kesalahan memahamirangsangan maka akan salah jugadalam memberi tanggapan (respon).Aktivitas olahraga untuk mengembangkanfantasi/imajinasi, misalnya denganlomba lari estafet membentukgambar tertentu dengan puzzel, menggambardengan cara estafet, lomba lariestafet dengan membentuk bentuk tertentu,misalnya rumah, meja, sandaranpapan tulis dengan alat bantu potonganpipa atau potongan balok, dan sebagainya.
Aktivitas olahraga untuk mengembangkanimajinasi dapat juga berupamenirukan gerak hewan, alam, danbenda mati lainnya misalnya: permainanmenjadi patung, musang memburuanak ayam, menjala ikan, perubahanwujud benda, permainan tanggap bencana,dan lain-lain.
Aktivitas olahraga dengan mengikutiirama/lagu, di antaranya adalahdengan menyanyikan lagu “Naik-naikkepuncak gunung” siswa melakukangerak seperti yang terdapat dalam liriklagu misalnya lirik ‘naik-naik’ siswamelangkah dengan angkatan paha tinggi,guru dapat membubuhi dengan ceritadi depan ada parit mari melompat,jalan jinjit, dan sebagainya. Lagu ‘pergike hutan’ setelah menyebut nama hewantertentu misalnya kera, setelahsampai lirik “beginilah jalannya, beginilahjalannya” maka siswa melakukangerakan seperti gerak binatang kera,guru dapat menambah dengan ceritauntuk menambah tugas gerak yangharus dilakukan siswa. [11]
Untuk pembelajaranaktivitas olahraga dengan metodeini guru dituntut untuk kaya akanimajinasi dan pandai membuat ceritamenarik agar siswa mau melakukan tugasgerak tanpa keterpaksaan.
  1. Evaluasi Kuantitatif dan Kualitatif
    Evaluasi gerak ini bertujuan untuk memberi makna dari hasil yang telah diraih oleh individu. Dalam mengevaluasi keterampilan individu, nampaknya tidak harus selalu diberikan dalam bentuk kuantitatif (angka) semata, tetapi dapat juga diberikan dalam bentuk uraikan (kualitatif). Hal ini dilakukan apabila angka yang muncul dalam penilaian akan berdampak psikologis yang dapat membuat individu menjadi tidak menyukai perlakuan yang diberikan oleh evaluator (orang yang mengevaluasi). Maka dari itu pelaksanaan evaluasi harus bersifat fleksibel dan akan selalu bergantung pada kebutuhan pengambil keputusan. Khususnya untuk mengevaluasi anak usia dini, pendekatan kualitatif lebih tepat dilakukan agar hasilnya tidak mengganggu pada proses pertumbuhan dan perkembangannya ke depan. Karena disinyalir kondisi mereka lebih sensitif dalam setiap langkahnya, untuk itu perlu kehati-hatian dalam mengambil sebuah keputusannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi gerak adalah proses dan hasil. Proses artinya kegiatan yang berhubungan dengan upaya interaksi anak dengan guru, orang tua, atau lingkungannya. Sedangkan hasil adalah sesuatu yang dicapai anak setelah proses   6.5 pembelajaran berakhir. Jadi pada dasarnya tujuan evaluasi adalah untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam menjawab berbagai persoalan yang sedang dihadapi termasuk dalam hal perkembangan motorik.
Prinsip-prinsip Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi pada anak usia dini berbeda dengan evaluasi yang dilakukan pada ramaja, orang dewasa maupun orang tua. Ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi perkembangan motorik pada anak usia dini, yaitu:[12]
a. Menyeluruh artinya tidak dilakukan secara terpisah dengan proses pelatihannya. Mengingat evaluasi tersebut lebih banyak menilai proses perbuatan anak dan hasil perbuatan anak yang pada umumnya tidak dapat dilakukan dengan tes tertulis (paper and pencil test).
b. Berkesinambungan artinya harus dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus-menerus. Hal ini dilakukan agar informasi yang diperoleh betul-betul berasal dari gambaran perkembangan hasil dari proses pembelajaran perkembangan gerak pada Anak usia dini.
c. Berorientasi pada tujuan artinya dalam menetapkan indikator harus menggunakan acuan standar. Guru, orang tua, atau pembina dapat menilai hasil kegiatan anak melalui indikator yang terwujud dalam perilaku dan kemampuan tersebut.
d. Obyektif artinya penilaian dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Prasangka, keinginan, serta perasaan tertentu tidak boleh mempengaruhi penilaian yang dilakukan.
e. Mendidik artinya penilaian ini dapat digunakan untuk membina dan memberikan dorongan kepada semua anak dalam meningkatkan hasil pertumbuhan dan perkembangannya.   6.6
f. Kebermaknaan artinya hasil penilaian harus memiliki arti baik bagi orang tua, guru, pembina, maupun anak sendiri atau pihak lain yang memerlukannya.
  1. Pengembangan Cabang Olahraga Sesuai Bakat Minat Anak Usia DiniSetelah anak berusia 5 tahun, mereka mulai dapat dikenalkan dengan jenis olahraga permainan yang lebih kompleks, yang melibatkan kerjasama dan kompetisi. Namun perlu diperhatikan disini, kompetisi dimaksud haruslah tetap berada dalam konteks bermain. Untuk mulai menerapkan olahraga yang memiliki aturan formal, sebaiknya tunggu sampai anak berusia 8 atau 9 tahun. Dalam olahraga kompetitif, pemain bukan hanya berusaha mencapai targetnya tapi juga berusaha mencegah lawan mencapai target mereka. Hal ini melibatkan konflik langsung yang seringkali diikuti dengan agresivitas dalam usahanya mencegah lawan mencapai sukses.[13]Dalam olahraga usia dini, target yang harus dicapai anak adalah menerapkan sebaik mungkin keterampilan dan kemampuan yang sudah dilatih ke dalam pertandingan. Adalah besarnya usaha dan peningkatan pribadi yang seharusnya dihargai dan menjadi target bagi setiap anak, bukannya semata-mata mencapai kemenangan dalam pertandingan. Dalam masa ini, yang diperlukan anak adalah kegembiraan dalam melakukan latihan olahraga. Setelah mereka beranjak dewasa baru lah diberikan latihan-latihan sesuai dengan proporsinya. Peranan Olahraga usia dini sebagai pembentuk dasar dalam membina atlit usia lanjut, dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi Olahraga Nasional maupun Internasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar